Post Top Ad

Post Top Ad

Rabu, 28 Juni 2017

Juni 28, 2017

RESI GUDANG : Membela Petani.

Pada satu wilayah yang dihuni sebagian besar petani, kehidupan sangat makmur dan sejahtera. Mengapa? Karena petani mampu mengorganisir dirinya berdasarkan system yang dibangun oleh Negara. Ketika panen, biasanya harga akan jatuh dan pada waktu bersamaan petani dituntut untuk mendapatkan uang tunai guna membayar hutang hutangnya. 

Pada posisi ini petani dalam keadaan terjepit. Bila dia tidak jual maka dia akan mengalami kesulitan memenuhi likuiditasnya namun bila dijual , petani akan mengalami kerugian. BIasanya petani tidak punya pilihan kecuali melepas hasil produksinya dengan harga berapapun. Itulah sebabnya petani selalu lemah dan terlemahkan. Namun dengan adanya system yang terbangun dalam bentuk Resi Gudang, petani bisa menahan hasil produksinya untuk tidak dijual bila harga jatuh dan tetap mendapatkan uang tunai melalui penjaminan atas barang yang ditempatkannya digudang. Petani akan melepas barangnya kapan saja bila harga dirasa membaik dan menguntungkan.

Dalam system ini tentu ada tiga pihak yang terlibat , yaitu petani itu sendiri, pengelola Gudang yang terdaftar di Lembag Pengawas dan Lembaga Penjamin Ganti Rugi. Ketiga pihak ini bekerja sesuai aturan yang berlaku dimana Negara sebagai lembaga pengawas satu satunya untuk memastikan system itu bekerja efektif. Lembaga pengelola Gudang juga dilengkapi kemampuan market analisis yang terhubung dengan market domestic network ( MDN) dan bursa internasional .

Data dan informasi pasar ini dengan system IT dapat di access oleh petani hingga memungkinkan mereka punya kekuatan tawar dihadapan pasar uang untuk menentukan value resi gudangnya. Artinya petani dapat melepas resi gudangnya sebagai jaminan hutangnya kepada lembaga keuangan yang mau memberikan pinjaman berdasarkan value yang diyakini. Di sisi lain, lembaga keuanganpun harus mempunya kemampuan analisa pasar yang solid untuk melakukan deal dengan petani.

Berdasarkan kesepakatan dengan petani, lembaga keuangan dapat menerbitkan warkat sesuai jangka waktu tertentu. Warkat ini dapat lagi diturunkan dalam bentuk warkat lain atau dikenal dengan derivative. Inilah yang akan beredar dipasar uang. Semua itu bermuara kepada harga masa depan sesuai kontrak. BIla harga jatuh maka pasar dirugikan tapi tidak bagi petani yang sudah lebih dulu mendapatkan uang dari hasil penjaminan resi gudangnya. 

Namun bila harga naik dimasa depan, petani akan mendapatkan yield tambahan sesuai kontrak harga yang ditetapkannya. Jadi benar benar petani bertindak sebagai price maket , bukan price taker. Dengan system tersebut diatas, tengkulak terkapar, tukang ijon terkapar. Keadilan tercipta. Petani sejahtera.

Sebetulnya Resi Gudang ini sudah diterapkan lama di Eropa, AS yang dikenal sebagai Negara kapitalis namun tetap melindungi petani yang lemah untuk mempunya posisi tawar dihadapan financial resource karena ketidak pastian harga pasar. Bahkan di China, Resi Gudang sudah menjadi bagian dari platform perjuangan petani melawan hegemoni pemodal yang kadang bermain dengan demand and supply untuk menekan harga produksi petani.

Keberadaan Resi Gudang dinegara tersebut telah meramaikan produk pasar uang dengan likuiditas yang sangat tinggi. Derivative Resi Gudang berkembang pesat seiring meluasnya sumber keuangan yang siap menyerap produk investasi Resi Gudang ini. Akibatnya kehidupan petani di negara tersebut bukanlah second class tapi menjadi prime class. Mereka berdaya karena diberdayakan oleh kekuatan system yang di create oleh negara.

Di Indonesia UU Resi Gudang sudah ada sejak tahun 2006 namun stuck. Dan setelah dua kali di revisi, barulah di Era Jokowi, Resi Gudang mulai di implementasikan walau dalam skala terbatas. Saat sekarang Daerah yang sudah menerapkan adalah pembangunan 94 gudang SRG yang tersebar di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. 

Sementara Bank Pendukung adalah BRI, Bank BJB, Bank Jatim, Bank Kalsel, Bank Jateng, BPRS Bina Amanah Satria Purwokerto, maupun lembaga keuangan non-bank yaitu PKBL PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan LPDB Kementerian KUKM.


Sekarang sedang berproses pertumbuhan Resi Gudang di seluruh Indonesia. Tapi dengan kesungguhan Jokowi, saya yakin dalam jangkan waktu panjang Resi gudang akan jadi alat ampuh sebagai sumber pembiayaan Petani dan sekaligus alat perjuangan melawan para rentenir dan tengkulak.

Grup fb Diskusi Dengan Babo

Selasa, 20 Juni 2017

Juni 20, 2017

Generasi Pemberani

Brigadir Bethell di kenal sebagai perwira inggris yang hebat dalam perang dunia kedua , mendarat di Semarang pada 20 Okt 1945 dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu.

Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara lain: Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.

Pihak Sekutu temyata mengingkari janjinya. Pada tanggal 20 November 1945 di pertempuran Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pihak Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan penyerangan terhadap perkampungan di sekitar Ambarawa.

Pasukan TKR di Ambarawa bersama dengan pasukan TKR dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa. Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan itu bertujuan untuk memukul mundur pasukan Sekutu yang bertahan di desa Pingit. Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan terhadap desa-desa sekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga hatalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion 10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan batalion Sugeng.
Akhirnya musuh terkepung, walaupun demikian, pasukan musuh mencoba untuk menerobos kepungan itu. Caranya adalah dengan melakukan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan TKR dengan menggunakan tank-tank dari arah belakang. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan TKR mundur ke Bedono. Dengan bantuan Resimen Dua yang dipimpin oleh M. Sarbini, Batalion Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Onie Sastroatmojo, dan batalion dari Yogyakarta mengakibatkan gerakan musuh berhasil ditahan di desa Jambu.

Di desa Jambu, para komandan pasukan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran, bertempat di Magelang. Sejak saat itu, Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor utara, sektor timur, sektor selatan, dan sektor barat. Kekuatan pasukan tempur disiagakan secara bergantian. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan dari Purwokerto Letnan Kolonel Isdiman gugur maka sejak saat itu Kolonel Sudirman Panglima Divisi V di Purwokerto mengambil alih pimpinan pasukan. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR.

Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh dengan memutus jalur komunikasi pasukan lawan dengan induknya dan menutup semua akses musuh keluar dari kepungan. Ini siasat perang moderen. Karena sebelum serangan kolosal dilakukan , pasukan khusus di kirim ke pusat markas musuh untuk melakukan sabotase melumpuhkan saluran komunikasi radio.

Dan harus di lakukan dengan cepat mengingat sistem perlindungan pasukan musuh per sektor sangat solid karena di dukung pasukan udara yang canggih. Serangan harus seperti air bah. Tidak boleh terhenti karena apapun dan serentak dari segala sektor. Karenanya perlu dukungan dan Kordinasi yang hebat serta disiplin yang tinggi untuk mengikuti alur komando. Soedirman di dukung pasukan dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto , Magelang, Semarang , dan lain-lain. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin prajurit muda dan pemuda yang tak pengalaman tempur secara kolosal harus menghadapi prajurit sekutu yang berpengalaman dalam perang dunia Kedua. Tapi mereka siap tanpa ragu menjemput takdirnya.

Seusai sholat subuh berjamaah , letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat.

Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh dengan hujan roket dan senjata berat yang di dukung kendaraan panser. Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Karena persediaan logistik maupun amunisi sudah berkurang. Pertempuran jarak dekat tak bisa di hindari. Golok berhadapan dengan bayonet dan Sangkur berhadapan dengan bambu runcing. Kesaksian perwira inggeris mengambarkan suasana ketika itu bahwa perang Ambarawa perang yang paling brutal dan heroik. Prajurit sekutu yang terlatih dalam perang pacific praktis tak berdaya dengan gagah beraninya pemuda dan tentara menghadang maut.

Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh displin dan pantang menyerah. Ketika perang itu berlangsung usia mereka masih d bawah 30 tahun dan Soedirman sebagai komanda lapangan baru berusia 29 tahun.

Dari sini muncul perwira muda cemerlang seperti Imam Adrongi, Soeharto, Soegeng, Sarbini dll.Mereka semua alumni sekolah kepanduan Hisbul Wathan ( HW) di bawah asuhan Muhammadiah, yang kemudian di bina oleh jepang sebagai pasukan inti PETA. Dari perang Ambarawa itu menaikan nama nama hebat seperti Soedirman, Soeharto , A Yani , Sarwo Edie, Gatot Subroto, dll yang kelak jadi generasi penentu melawan hegemoni PKI terhadap Soekarno dan berhasil menumpas pihak yang ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia dan yang ingin merubah Pancasila sebagai dasar negara . Mereka menjadi inspirasi hebat bagi generasi TNI sekarang untuk menjadikan NKRI harga mati dan Pancasila akan bela sampai mati. Peristiwa Ambarawa di peringati sebagai hari infantri oleh TNI.

Bagaimanapun kita bersyukur bahwa negara ini berdiri karena jasa para pemuda pemberani dan dukungan moral para Ulama yang bukan hanya doa tapi juga mengirim para santri ke medan tempur. Karena ulama sesungguhnya mengajarkan persatuan atas dasar keberagaman, bukan ulama yang ingin revolusi dan mengancam persatuan dan kesatuan.

Selagi ada orang yang mengaku ulama dan ancam mau revolusi maka dia bukan ulama tapi kriminal dan hanya ingin menjadikan indonesia terkoyak. Dia adalah musuh islam sesungguhnya dan musuh ulama yang sebenarnya. Dia adalah boneka asing yang tak ubah seperti ISIS untuk memuaskan sahwat libido akan kekuasaan dan harta. Kita harus menitu gerasi pemberani. Lawan orang yang ingin menjadikan agama sebagai alat pemecah belah negeri ini... Kalau kita diam saja maka hanya masalah waktu nasifp negeri ini lebih buruk dari syuriah..
Grup fb Diskusi Dengan Babo

Sabtu, 17 Juni 2017

Juni 17, 2017

GAJ - AHMADA ATAU GAJAHMADA

GAJ - AHMADA
Oleh: Langit Kresna Hariadi
Tiba-tiba muncul polemik soal Gajahmada melalui tafsir baru yang dilakukan oleh Herman Sinung Janutama yang menulis “Kesultanan Majapahit, Fakta yang Tersumbunyi” diterbitkan oleh LJKP Pengurus daerah Muhammadiyah Yogyakarta, edisi terbatas yang diterbitkan dalam rangka Muktamar 1 abad Muhammadiyah Juli 2010, yang kemudian kini menjadi trending topik setelah seseorang mengkoreksi nama Gajahmada sebagai nama yang salah, dan mengklaim yang benar adalah Gaj Ahmada, nama Arab.

Saya punya pengalaman aneh tahun 2012 (atau mungkin 2013) ketika untuk pertama kali Samana Foundation menggelar hajatan temu akbar para pendekar sastra sejarah di kaki Candi Borobudur Magelang. Seorang sastrawan, saya sebut namanya Damar Sasongko yang bukunya sedang dibedah namun Damar Sasongko tidak hadir dan diwakili editornya.

Damar dicaci banyak orang karena menulis ada Raja Majapahit keturunan Cina bernama Nyoo Lai Wa. Para sastrawan atau yang saat itu amat bangga menyebut dirinya sebagai novelis sejarah seperti tersundut pantatnya, mereka marah karena Damar Sasongko berani-beraninya menulis ada Raja Majapahit keturunan Cina, caci maki yang saya cermati saya nilai kebablasan, seolah Damar Sasongko adalah seorang penjahat. Saya tahu, Damar Sasongko menggunakan data dari klenteng Sam Poo Kong sebagai sumber datanya.

Langsung saat itu saya mengacungkan jari minta waktu berbicara dan melawan arus, pendapat saya menyebabkan suasana yang sudah panas makin mendidih. Saya bilang pada para pendekar sastra sejarah itu, bahwa Damar Sasongko tak salah. Ia hanya seorang novelis, ia bukan sejarawan. Para historiografer bekerja berdasar fakta, tidak mengada-adakan selain berdasar data yang ada. Sangat berbeda dengan novelis, yang bekerja menggunakan daya khayalnya, imajinasi, yang dalam perilakunya - maaf- malah sok lebih pintar dari sejarawan. Saya lugas mengatakan ketika itu, “kalau saya menulis Gajahmada kawin dengan Luna Maya, anda mau apa?”
Berawal dari peristiwa di Magelang itulah kemudian saya merasa tidak berhak disebut novelis sejarah. Saya hanya pegiat sastra berbahan baku sejarah dengan hasil berbentuk BUKU novel bercitarasa sejarah, namun bukan BUKU SEJARAH.

Sejarawan/arkeolog, bekerja menggunakan azas ilmiah. Sebuah temuan harus dikaji, diteliti dari banyak sudut, dibedah diiris-iris untuk menemukan kebenaran yang paling dekat dan masuk akal. Seseorang disebut Gajahmada setidaknya didukung oleh data-data primer, sekunder. Tidak boleh ia disebut Gajahmada karena menurut kata dukun. Tak boleh Sang Mahamantrimukya Rakrian Mapatih Mpu Mada disebut berperawakan gempal hanya karena kata Mr Muh Yamin.

Ketika menjadi pembicara di Pendapa Kabupaten Mojokerto beberapa tahun yang lalu saya menemukan perdebatan riuh sampai bentak-bentakan soal bagaimana bentuk tubuh Gajahmada karena masing-masing merasa dukun merekalah yang benar. Di Puri Saron Seminyak Denpasar seorang perempuan yang menguasai spiritual memberitahu para tamu yang hadir, bahwa pemuda gemuk yang datang dengannya dan mengenakan pakaian aneh sebagai titisan Gajahmada. Saya nyaris semaput karena melihat jejak imbisiil di wajah pemuda yang dibawanya itu. Walah.

Dalam ilmu sejarah tidak boleh cara macam itu digunakan. Mr Muh Yakin berdosa besar telah mengajukan karakter Gajahmada yang berwajah tembem itu sebagai Gajahmada, sampai-sampai sebuah institusi menggunakan wajah itu sebagai logo resmi. Lha bagaimana Gajahmada bisa dikarakterkan kalau zaman itu belum ada kamera, belum ada video, atau pelukis realisme. Menggunakan ilmu sejarah pula tidak boleh kita menerima wajah imbisiil di seminar Puri Saron Seminyak itu sebagai sebuah kebenaran. Lalu bagaimana wajahnya yang benar? Terserah anda. Anda boleh membuatnya ceking, anda juga boleh beranggapan seperti apa kata Muh Yamin.

Sesuatu bisa disebut sebagai sebuah kepastian bila ada bukti. Gajahmada berasal dari mana? Tidak bisa diklaim karena belum pernah ditemukan sebuah prasasti yang secara sahih menyebut berasal dari Desa Modo di Lamongan. Suka tidak suka sikap kita memang harus begitu. Walaupun Viddy Daery menulis “Gajahmada Islam” tetaplah harus dilihat hanya sebagai wacana, hanya itu. Gajahmada beragama apa? Tidak bisa diklaim. Yang bisa kita lakukan hanya mengira-ngira sambil mengotak-atik fakta.
Untuk memastikan Gajahmada itu beragama apa, cari prasastinya yang memastikan fakta itu berbobot A1, atau, kalau anda wafat, silahkan temui Gajahmada di alam kematian, tanyakan langsung padanya.

Kelahirannya di mana, tidak ada datanya. Demikian juga dengan Gajahmada kawin dengan siapa, suka tidak suka juga tidak ada datanya. Kalau benar Gajahmada tidak kawin, ya sudah, cukuplah sampai di situ, silahkan anda berimajinasi sendiri mengapa Gajahmada tidak kawin, apakah ia patah hati, apakah homo, apakah gara-gara alat kelaminnya terpotong oleh pisau yang bersembunyi di balik celana emas badong, semuanya sah.

Gajahmada kawin dengan siapa baru bisa disebut ketika ditemukan bukti prasasti, lagi-lagi jangan tanya dukun, lagi-lagi gunakan pendekatan ilmiah. Kidung Sunda ada menyebut, Gajahmada beristeri Ken Bebed, itu belum menjadi bukti yang valid sebagaimana kita sepakat, Kidung Sunda bukan sumber primer.

Ada yang mengatakan Gajahmada dimakamkan di Madagaskar, ada yang mengatakan Gajahmada dhut di Bali, ada yang mengatakan di Lombok. Ketika kelahiran dan perkawinan minim data, setidaknya Desawernana menyebut Hayam Wuruk sedang berada di Simping saat dikabari Gajahmada jatuh sakit, Hayam Wuruk kemudian memutuskan pulang.

Dari data Desa Wernana itu kita bisa membayangkan, Gajahmada berada di kotaraja, atau di rumahnya, atau di radius tidak terlampau jauh dari Kotaraja, tidak di Bali, tidak di Lombok, tidak di Madagaskar. Sebuah gundukan tanah atau tumpukan batu tidak bisa disebut sebagai makam Gajahmada hanya gara-gara saya tidur di sebelahnya dan mendapatkan petunjuk mimpi. Cara pandang ilmiah tidak seperti itu. 
 Sekarang muncul dugaan, Majapahit itu kesultanan.
Cara pandang ini sah, boleh, akan tetapi harus diuji sedemikian rupa untuk mendapat jawabnya. Bahwa karena yang menyampaikan adalah Herman Sinung Janutama lantas harus diterima sebagai sebuah kebenaran, belum tentu. Herman Sinung Janutama itu siapa? Apakah ia arkeolog dan memahami bagaimana cara kerja arkeolog.

Mari kita pertanyakan, Majapahit yang dimaksud Herman Sinung itu Majapahit yang mana, era siapa, zaman kapan? Saya teringat ketika saya begitu bersemangat ketika bersama-sama DR Luluk Sumiarso mantan Dirjen Energi Baru dan terbarukan, Dahlan Iskan (ketika itu baru ganti hati) dan beberapa Prof dari Airlangga, begitu bersemangat ketika menggagas membuat miniatur istana di Trowulan. Gagasan penuh semangat itu langsung kandas ketika orang-orang Musium bertanya, yang mau dibangun itu istana zaman siapa?

Pertanyaan itu sama dengan Kasultanan Majapahit itu zaman siapa?
Majapahit ada banyak jejak. Majapahit Raden Wijaya diperkirakan diapit Sungai Brantas dan Sungai Mas, Majapahit itukah yang dimaksud Sdr Herman Sinung Janutama? Kita kemudian juga mencatat, Majapahit berada di Situs Trowulan yang diduga Hayam Wuruk bertakhta di sana. Zaman istana Tatag Rambat Bale Manguntur itukah yang disebut sebagai Kasultanan Majapahit?

Kita semua harus menghormati teori baru yang dilontarkan Sdr Herman Sinung itu, namun lagi-lagi dibutuhkan prasasti atau dara primer supaya ia sah disebut sebagai penemu Kasultanan Majapahit.

Di Gresik, saya mendatangi dan melihat langsung makam Islam tertua di Indonesia, atas nama Fatimah Binti Maimun Bin Hibatullah bertarikh 1082, bayangkan, perang Ganter yang menjadi akhir Kediri saja tahun 1222. Itu berarti jauh sebelum Majapahit Islam sudah masuk Nusantara. Fakta itu membuktikan, agama Islam dikenal di zaman Majapahit. Namun fakta itu tidaklah membuktikan dengan sendirinya Majapahit adalah negara Islam.

Bahwa Desa wernana mencatat hukum tripaksa yang mengatur penyebaran agama, di mana untuk wilayah tertentu hanya boleh ditinggali pemeluk Hindu dan wilayah tertentu boleh ditinggali umat Budha dan mana yang boleh ditinggali keduanya sama sekali tidak menyebut Islam, hal itu membuktikan teori Herman Sinung Janutama itu lemah. Harap diingat, Desa wernana itu ditulis oleh Dang Acarya Nadendra (bernama lain Pancaksara, Prapanca) yang hidup sezaman dengan Sang Mahamantrimukya Rakrian Mapatih Pu Mada (bukan ... Mapatih Gaj Ahmada).

Apa kata Herman Sinung itu baru bisa dinalar jika Majapahit yang dimaksud adalah Majapahit akhir. Jika Majapahit era Hayam Wuruk adalah kasultanan Islam, tentulah tidak akan ada Bajangratu, tidak akan ada catatan tentang Gayatri menjadi seorang biksuni bergelar Rajapadni. Tidak akan ada catatan tentang Tribuanatunggadewi Jayawisnuwardani yang juga menjadi biksuni setelah tahta diwariskan ke anaknya.

Dalam novel saya Gajahmada Hamukti Muksa, saya menulis mantan Mahapatih Gajahmada termangu oleh suara adzan, itu adalah cara saya menunjukkan Islam sudah ada di Majapahit. Kalau hanya karena ditemukan koin emas bertulis Arab, harap kita ingat yang yang beredar saat itu tidak hanya koin Arab akan tetapi juga koin Cina.

Nah, sekarang soal teori baru, nama “Gaj Ahmada,” yang meminggirkan kata Gajah di depannya. Mari kita hormati siapa pun yang menggelindingkan pendapat itu, siapa pun yang melontarkannya tetap sah. Anda boleh kok menyebut nama asli Gajahmada itu Langit Kresna Membreg. Akan tetapi harusnya dilengkapi bukti.

Nama Gajah dianggap salah, nama-nama yang saya sebut ini semuanya ada dalam catatan sejarah bukan nama fiktif buatan saya. Mahisa Wong Ateleng (Singasari), Lembu Anabrang (akhir Singasari), Gajah Enggon (pengganti Gajahmada), Gajah Pagon (awal masa Majapahit) Gagak Rimang (nama kuda Harya Penangsang, akhir Kasultanan Pajang) Kebo Mundarang (patih Kediri, akhir Singasari) Lembusora (nama lain Andakasora, Majapahit awal) Mahisa Cempaka (Singasari) Kebo Kanigara (awal berdiri Pajang), Hayam Wuruk (raja Majapahit). Nama-nama hewan macam itu lazim digunakan di zaman dulu, bukanlah nama yang aneh. Menganggap nama “Gajah” yang menyatu dengan “Mada” sebagai sebuah kesalahan saya curiga sebagai sebuah pemaksaan yang berlatar ideologi dan atau agama.

Nama Gajahmada setidaknya ada banyak disebut berulangkali dan tercatat di kitab atau kakawin yang berbeda-beda. Desa Wernana menulis dengan jelas dan tegas, Gajahmada bukan tertulis Gaj Ahmada. Pun demikian tercatat di Pararaton, Kidung Sunda dan Kidung Sundayana. Di luar kakawin dan Serat itu saya belum pernah mendengar nama Gaj Ahmada. 
Pertanyaannya sekarang, yang berpendapat seperti itu, sejarawan bukan?
Kalau ahli gothak gathik gathuk, ya saya mohon maaf.

Juni 17, 2017

Dosa kah bekerja di bank konvensional ?

" Babo, ada beberapa teman saya yang sadar dan akhirnya berhenti kerja di bank konvensional"
" Kenapa?
" Ya kan bank konvensional menerapkan sistem riba. Riba kan dosa besar Babo.
" Oh itu. "
" Ya"

" Sekarang babo tanya, apakah pakai uang rupiah itu halal atau haram ?
" Ya halal"
" Kenapa ?
" Ya kan engga ada utang piutang yang berbunga."

" Kamu tahu , setiap uang yang kamu pegang itu adalah bukti kamu berhutang dan bukti kamu bayar bunga."
" Loh kok gitu. ?
" Nilai uang kita dijamin oleh neraca keuangan negara. Didalam neraca itu ada aktiva dan juga ada pasiva. Disisi pasiva itulah ada hutang dan juga ada bunga"

" Tapi saya engga pernah bayar bunga"
" By sistem kamu membayarnya dengan kenaikan harga barang dan penurunan nilai uang. Apakah kamu pernah dengar harga barang turun ?

" Ya. Naik terus. Kenapa harus gunakan sistem mata uang seperti itu? Kan bisa gunakan emas?
" Karena pertumbuhan manusia dan peradaban lebih cepat daripada kebutuhan barang dan jasa. Kalau masih menggunakan emas , maka manusia akan kesulitan memenuhi kebutuhannya."
" Jadi terpaksa manusia harus menggunakan sistem mata uang ini agar keseimbangan pertumbuhan dan kebutuhan tercapai."

" Bukan terpaksa tapi itulah rahasia kehebatan Tuhan yang maha pengatur yang sedemikian rupa akal manusia bisa menciptakan sistem yang menjawab setiap perubahan zaman"
" Kan engga adil, Babo"
" Justru disitulah letak keadilan Tuhan."
" Mengapa?

" Karena setiap orang pegang uang entah dari mana asalnya pasti juga ada yang engga dapat uang, makanya tanpa disadari by sistem negara membebankan kepada setiap orang yang pegang uang untuk membantu meraka yang engga dapat uang. Jadi uang itu adalah lambang hak dan juga kewajiban. Adil kan"

" Luar biasa ya, kekuasaan Tuhan."
" Kalau mata uang itu haram maka semua lembaga keuangan juga haram termasuk bank Syariah, dan tidak akan ada kehidupan modern seperi sekarang yang bisa kirim orang ke ruang angkasa. Paham?

" Paham Babo. Jadi kalau orang bilang sistem perbankan konvensional itu haram , itu lebih karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan akan uang"
" Ya."
" Tapi mengapa bank Syariah harus diadakan ?

" Bank syariah diadakan bukan berarti bank konvensional tidak halal. Tapi sebagai pilihan saja. Mau sistem bagi hasil ya silahkan. Mau cara bunga atas dasar akad ya silahkan. Tapi intinya baik bank Syariah maupun bank konvensional punya prinsip yang sama, yaitu dasarnya adalah akad suka sama suka. Tidak ada pemaksaan. Yang pasti Tuhan larang itu adalah apabila ada unsur pemaksaan dan zolim. Selagi suka sama suka, dan semua senang ya Happy aja"

Grup fb Diskusi dengan Babo

Jumat, 09 Juni 2017

Juni 09, 2017

KPK vs DPR : "Karena Anggota Tak Tenang dalam Bekerja !"

(Indikasi) peseteruan KPK dengan mayoritas Fraksi DPR-RI, mengingatkan saya dengan bulan Oktober 2011. Masih segar dalam ingatan, bahkan bisa dijemput melalui youtube, tontonan Indonesia Lawyer Club bulan Oktober 2011. Penasehat KPK yang juga sekaligus Ketua Komite Etik KPK, Abdullah Hehamahua, di"sudutkan" dalam taraf yang menurut saya, tak beretika.

Pada acara yang digawangi wartawan fenomenal Karni Ilyas (TVOne) ini, lawyer Nazaruddin, Otto Cornelis (OC) Kaligis "menghantam" Abdullah Hehamahua. "Malaikat munafik" itu gelar yang diberikan pengacara kondang ini pada mantan Ketua HMI tersebut. Dengan intonasi suara (via telpon) penuh dendam dan kemarahan,

 Kaligis menghujat Hehamahua sebagai manusia pembohong yang tidak layak untuk dipercayai. Lucunya, tak ada pembelaan berarti dari anggota-anggota DPR serta pengamat hukum serta budayawan yang hadir pada malam itu.

Justru, sebilah "badik" yang diberikan oleh mahasiswa kepada Abdullah Hehamahua agar tetap tegar melawan koruptor, bahkan secara spesifik mahasiswa (Makassar) tersebut mengatakan : "kami serahkan badik ini pada pak Abdullah, jangan takut melawan Kaligis".

Entah karena usia sudah mulai menua, atau memang penguasaan emosi-nya yang stabil, Abdullah tidak begitu responsif-marah menanggapi statement Kaligis dan beberapa pengamat pada malam itu yang terkesan tendensius ingin "membonsai" tupoksi KPK, untuk tidak mengatakan ingin membubarkan KPK.

Bagi saya, ketenangan Abdullah Hehamahua pada malam itu, menunjukkan kualitasnya. Ia tak mau terbawa arus perdebatan yang tak substantif. Ia ingin dianggap waras. Beda dengan Kaligis (terutama menurut saya) pada malam itu terkesan "sasak angok". Kejadian malam itu (kembali) mengingatkan kita pada rapat konsultasi antara pimpinan DPR dan penegak hukum beberapa hari sebelum macara ILC yang berakhir antiklimaks tersebut.

Setelah dibiarkan berlangsung suka-suka, rapat berakhir mengambang, tanpa ada kesimpulan. Berlangsung suka-suka karena dalam rapat yang digelar menurut editorial Media Indonesia (tanggal 4/10/2011), DPR seenak udel menguliti, bahkan mengata-ngatai KPK sebagai teroris baru. Yang terjadi bukan rapat konsultasi, melainkan penghakiman, bahkan penghinaan, terhadap KPK. Substansi rapat yang seharusnya membahas soal penyamaan persepsi terkait dengan pemeriksaan pimpinan Badan Anggaran DPR melebar jauh hingga usul pembubaran KPK. Ada anggota DPR bahkan yang menggurui KPK perihal hukum dengan nada memarahi.

Rapat tanggal 4 Oktober 2011 yang berlangsung hampir 2 jam itu dihadiri seluruh pemimpin DPR, pemimpin Komisi III DPR, dan pemimpin fraksi-fraksi DPR, serta Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Jaksa Agung Basrief Arief, dan empat komisioner KPK kecuali Bibit Samad Rianto.

Dalam rapat yang dipimpin Ketua DPR Marzuki Alie itu, pimpinan Komisi III DPR yang menjadi mitra kerja KPK justru menghujani Ketua KPK Busyro Muqoddas dan jajarannya dengan serangan bertubi-tubi. Kapolri dan Jaksa Agung hanya menjadi penonton. Serangan pimpinan komisi hukum dalam rapat terbuka itu pada hakikatnya merupakan intervensi atas penegakan hukum yang sedang dilakukan KPK. Ketua Komisi III DPR Benny K Harman, misalnya, menyebut KPK sebagai teroris baru bagi anggota DPR.

Menurut politikus Partai Demokrat tersebut, akibat sikap KPK, anggota dewan tidak tenang menjalankan tugas. Ya .... tak tenag menjalankan tugas ... keh keh keh.
Semoga ada mahasiswa, kelak yang akan memberikan "badik" serta "rencong" kepada KPK dan berpesan : "lawan !".

Muhammad Ilham Fadli

Referensi :

(editorial) Media Indonesia/4-10-2011

Rabu, 07 Juni 2017

Juni 07, 2017

Ahok Dan Tiga lapis Pasword APBD DKI Jakarta

Masih ingat beberapa hari setelah menang Pilkada Jakarta Anies berkunjung ke Balaikota dan dipandu Gubernur Ahok untuk Tour de Balaikota, mengenali fasilitas dan sistem yang ada di Calon Kantornya kelak?

Seusai Tour tersebut Anies terpantau cemberut menghadapi Konperensi Pers.
Apa pasal?

Karena ternyata Anies baru tahu kalau APBD DKI itu sudah terkunci di DKI!
Untuk membukanya supaya bisa diubah dan dikotak-katik diperlukan TIGA LAPIS PASSWORD yang masing-masing dipegang oleh Gubernur, BPK dan KPK!

Apa artinya itu?
Sabtu 3 Juni 2017 saya baru mengerti setelah diterangkan oleh Mas Sylvester Dandy, sobat yang memang Ahli di bidang IT.

BPK dan atau KPK bekerja dengan cara mengaudit Keuangan di sebuah Instansi Pemerintah. Dari Audit Forensik itulah akan ditemukan ada atau tidaknya Penyelewengan Keuangan di Instansi yang bersangkutan.

Berdasarkan pengalamannya berkecimpung di dunia politik, Ahok yang dikenal sangat Anti Korupsi sampai ke tulang sumsumnya itu menciptakan suatu sistem yang tidak pernah dikenal di Republik Indonesia sebelumnya.

Dengan sistem yang demikian itu "Audit Forensik" tidak perlu susah-susah dilakukan oleh siapapun untuk menemukan penyelewengan. Karena sekali APBD telah disepakati dan disahkan, maka Sistem tersebut telah terkunci di Sistem Komputer Pemda DKI Jakarta.

Untuk mencairkan uangnya, atau (apalagi) mengubah peruntukannya, pertama-tama sistem harus dibuka memakai password yang dipegang oleh Gubernur DKI.
Ini tentu mudah saja dilakukan oleh Gubernur.

Tapi tunggu dulu!
Apapun yang akan dikerjakan Gubernur haruslah disetujui dulu oleh lapis kedua.
Yakni persetujuan BPK!
Kalau BPK sepakat, barulah Pejabat yang berwenang di BPK akan memberikan password yang dipegangnya untuk membuka "kunci" Keuangan Pemda DKI Jakarta itu.

Selesai?
Beeeeluuummmm.....!!!
Masih ada lapis ke tiga yaitu KPK.
KPK akan memeriksa dulu seperti yang telah dilakukan oleh lapis kedua yaitu BPK tadi. Setelah menyepakatinya, barulah Pejabat Yang Berwenang di KPK juga akan memberikan passwordnya.
Barulah uang bisa dicairkan/dikeluarkan.
Atau Perubahan bisa dilakukan!

Dengan sistem yang diciptakan Pemerintahan Gubernur Ahok ini di masa depan BPK dan KPK tidak perlu susah-susah bekerja untuk menemukan adanya Penyelewengan Keuangan, karena niat untuk ini akan terdeteksi oleh BPK dan atau KPK sejak dari awalnya.

ALIAS KORUPSI MUSTAHIL DILAKUKAN DI PEMDA DKI JAKARTA!
Jadi bukan saja memberantas korupsi (yang dilakukan SETELAH korupsinya sendiri berjalan), Ahok malah sudah melompat jauh ke depan: Yaitu MENCEGAH terjadinya korupsi dari awal!

Sistem ini dibuat atas kebijaksanaan Gubernur (yaitu Ahok).
Tapi BELUM menjadi Kebijaksanaan Pemerintah Pusat!


Sehingga masih sangat dimungkinkan untuk diubah kembali oleh Gubernur yang berikutnya.
Mari kita himbau Pemerintah yaitu Kementerian Dalam Negeri atau bahkan Presiden RI menjadikan Sistem ini sebuah Standar Kebijaksanaan Keuangan Nasional!

Mari ramai-ramai kita kampanyekan lewat segala media yang ada, untuk mendukung Pemerintah dalam upayanya MEMBERANTAS KORUPSI di Negara Republik Indonesia Tercinta ini!
Iwan HS
Pamulang, 7 Juni 2017.

Juni 07, 2017

HAK ANGKET DPR , KPK

Ketika awal Jokowi berkuasa, kekuatan parlemen dikuasai oleh Koalisi Merah Putih ( KMP). Lolosnya UU MD3 dan terpilihnya Golkar sebagai Ketua DPR. Bahkan pengesahan APBN berjalan alot, dimana banyak program pro rakyat Jokowi di hadang DPR. Ketika itu Kekuatan KMP benar benar mempecundangi Koalis Indonesia Hebat yang ada dibelakang Jokowi. Namun dengan kesabaran tinggi ,

Jokowi menghadapi kekuatan DPR itu dengan tindakan persuasi. Team Jokowi terus melakukan loby walau sempat membuat hubungan PDIP dan Jokowi terkesan tidak mesra. Berjalannya waktu, Jokowi berhasil menarik satu demi satu anggota KMP kedalam barisannya, dan puncaknya KMP bubar jalan.

Ketika KMP bubar, teman saya politisi bilang bahwa " Kami kalah di DPR tapi perlawanan tidak akan berhenti. Serangan berikutnya akan di lakukan di luar parlemen. Yaitu melalui kekuatan akar rumput dengan seragam Ormas Islam. Berbagai issue di tiupkan sampai membesar dan di lempar kepanggung politik nasional.

Semakin mendapat ruang ketika PILKADA DKI dimana Ahok sebagai Cagub yang didukung PDIP dan Jokowi di jadikan pintu masuk menyerang Jokowi, sekaligus merusakan reputasi PDIP. Namun permainan ini dapat dibaca dengan mudah oleh Jokowi. Kekuatan extraparlementer dengan aksi demo berjilid jilid itu dihadapi dalam kuridor hukum.

 Walau diprovokasi agar Jokowi panik sehingga menggunakan kekuatan senjata namun ia tetap tenang tanpa sedikitpun terpancing menggunakan kekerasan dan bahkan tak ada satupun peluru tajam keluar dari Aparat. Aksi damai 212 justru melambungkan nama JOkowi secara international sebagai kepala negara yang mampu menghadap aksi kolosal dengan cara cara damai.

Kini setelah kekuatan ekstraparlementer sudah bisa di kendalikan tanpa mengganggu stabilitas politik. Justru para provokator masuk dalam putaran hukum pidana karena ulah mereka sendiri yang merasa sudah diatas angin sebelunya. Kini semua kekuatan yang menjadi penggerak akar rumput dalam kondisi terpasung oleh kasus PIdana baik melalui POLRI maupun KPK.

Hanya masalah waktu mereka akan dipermalukan dihadapan Publik akan kasus tersebut. Karena yang menuduh Jokowi dan Ahok korupsi justru mereka sendiri tersangkut terima suap dari koruptor, yang kasusnya sudah masuk pengadilan. Yang merasa mewakili orang suci tak berdosa, kini di permalukan dengan kasus amoral di bawah UU Pornoggraphi dan Porno Aksi. Yang merasa paling nasionalis, kita terpasung dalam kasus Makar. Semua oknum yang berada digaris depan dalam aksi extraparlemen kini sudah kehilangan moral sebagai pejuang moral.

Nah, sekarang bagaimana dengan Politisi yang menjadi creator aksi extra parlemen tersebut ? Karena sadar medan tempur ekstra parlemen sudah lumpuh maka kini mereka kembali ke medan lama, yaitu Parlemen ( DPR) melalui hak angket DPR, yang lucunya ketua Pansus Hak Angket itu dari GOlkar yang namanya disebut sebagia penerima suap korupsi eKTP. Dan bila tadinya 6 fraksi menolak Hak angket , maka kini tiga fraksi, yaitu PKS, PAN dan Gerindra berbalik arah mendukung Hak Angket DPR. PAN sampai berbalik mendukung karena merasa diserang oleh KPK dalam kasus Alkes yang menjadikan Siti Fadilah sebagai tersangka. Apalagi yang diserang bukan hanya DPP PAN tapi juga Amin Rais yang juga pendiri PAN. Dan PKS , Gerindra mendukung hak angket lebih karena solider dengan PAN.

Pertarungan DPR berikutnya akan menjadikan KPK mandul agar penyelidikan kasus BLBI yang kembali di buka tidak bisa dilanjutkan. Maklum kasus BLBI saat sekarang yang disasar adalah pejabat yang bertindak sebagai pelaksana dari kebijakan BLBI, diantara pejabat itu ada ipar Prabowo, Soedrajat Djiwandono dan salah satunya lagi Burhanudin Abdullah, Dewan Pakar Gerindra. Aulia Pona, besan SBY. Bukti soal BLBI ini di dapat dari Antasari, yang berhasil menjebloskan Aulia Pohan dan urhanudin Abdullah ke penjara. Akan banyak lagi nama nama yang akan kena cokot KPK, dalam kasus BLBI, dan itu semua para pejabat yang dulu bertanggung jawab melaksanakna kebijakan Presiden.

Dan kasus EKTP tidak melebar kemana mana, terutama nama nama mereka yang tersangkut terima suap. Apabila pertarungan ini dapat di menangkan DPR, maka KPK akan di lemahkan dan kembali ke era SBY dimana KPK dibawah kendali DPR, dan anggota nya akan dipilih seperti arisan diantara Fraksi DPR. Presiden akan semakin lemah memerangi Korupsi padahal Presiden sesuai UU, adalah penanggung jawab pemberantasan Korupsi. Dan..endingnya..uang korupsi akan mudah mengalir ke Partai karena orang akan melobi partai kalau ingin bebas dari jeratan KPK. Bagi partai ini berkah untuk modal bertarung di Pemilu 2019.

Seorang teman berkata kepada saya " Kemungkinan Jokowi kalah kecil sekali. Mengapa ? karena dia engga punya kepentingan materi atas kebijakannya dan dia tidak tersangkut dalam gurita bisnis yang terhubung dengan elite politik, lah anaknya aja jual martabak. Justru selama hak angket DPR tersebut berlangsung (kemungkinan akan tarik ulur lama sampai bisa masuk sidang ) , KPK akan semakin garang melawan koruptor.. Bukan tidak mungkin satu demi satu bandit yang merasa jagoan kebal hukum akan berujung pakai jaket Orange bersama kurcacinya yang akan menyusul dalam kasus lain..


Grup fb Diskusi dengan Babo

Minggu, 04 Juni 2017

Juni 04, 2017

Kisah Burung Kecil Di Jaman Nabi Ibrahim

Sharing dari sahabat SOL,
Kang Sonnie.Wicaksono
Ada cerita seekor burung kecil yang hidup saat Nabi Ibrahim sedang dibakar api oleh Raja Namrudz.
Burung ini kemudian mencari air, memasukkan kedalam paruhnya dan terbang ke atas kobaran api yang sedang membakar Nabi Ibrahim dan memuntahkan air itu untuk memadamkan api.

Ketika ditanya,
"Hai burung, apa yang kamu lakukan dan apakah air itu dapat memadamkan api?
Dia menjawab
"Aku hanya tahu dan melakukan yang terbaik yang dapat aku lakukan, sisanya aku pasrahkan kepada Tuhan."

Jadi ketika banyak orang berusaha menyulut api perbedaan menjadi api yang membara di Indonesia, lakukan yang terbaik untuk tetap menjadikan Indonesia ini tempat yang kondusif belajar spiritual yang
- Tenang,
- Damai dan
- Membahagiakan untuk semua pihak dan semua agama.

Lainnya pasrahkan kepada Tuhan dan jangan jadikan tugas itu beban di hati 😀🙏❤️
Selamat pagi.all sweethearts

Semoga semuanya selalu bersedia.dalam.limpahan cahaya kasih sayangNYA dalam.setiap aktivitas.
Aamiin.yaa rabbal salam
Juni 04, 2017

Rumi Dan Kesalinterkaitan Manusia Dengan Alam

Sahabat,
"Oh, andai pohon dapat berjalan
Dan bergerak dengan sayap dan kaki
Ia tak akan menderita kena tebasan
Kampak dan sakitnya gergaji!


Andai mentari tak berjalan
Saat tiba malam hari
Apakah bisa diharapkan
Akan bersinar esok hari?

Dan andai tetes uap lautan
Tak terbang ke langit tinggi
Mungkinkah akan tumbuh tanaman
Tanpa hujan dan air mengaliri?"
(Maulana Jalaluddin Rumi, Sufi Agung asal Persia, 1207-1273)

Kehidupan yang kita nikmati sebagai manusia sejatinya juga merupakan dinamika pengorbanan dari yang lain. Acap kali kita merasa bahwa apa yang kita peroleh dan nikmati adalah upaya kita sendiri, seakan-akan tidak ada kaitannya dengan pengorbanan yang dilakukan (baik sengaja atau tidak) oleh pihak lain. Karena itu kita lantas merasa hebat, sombong, dan merasa paling bertangggungjawab atas apa yang kita lakukan. Sementara kesadaran kita terhadap liyan dan apa yang telah mereka berikan kepada kita, sering kita remehkan atau bahkan abaikan.

Padahal kehidupan alam semesta dan isinya, termasuk di dalamnya manusia, senantiasa memiliki saling keterkaitan. Mahluk-mahluk yang ada di sekitar kita memiliki fungsi dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan mahluk lain. Manusia sering menganggap diri sebagai pusat segala sesuatu, padahal dalam relasi alam semesta belum tentu demikian. Sebab jika rentetan keterkaitan itu terputus, maka manusia akan mengalami kenestapaan. Dan itu berarti ia bukanlah pusat. Ia masih tergantung kepada rantai relasi alam semesta.

Kesadaran tentang kesalingterkaitan (interrelationship) antara manusia dan alam dan isinya, menjadi sangat berkurang dan bahkan dihilangkan oleh peradaban modern. Karena manusia menempatkan diri, secara sepihak, sebagai pusat dari segalanya. Maka manusia merasa seakan tidak memerlukan mahluk lain dan malah mengeksploitasinya, dengan mengatasnamakan diri sebagai "khalifah di bumi" atau "pusat dari segalanya."! Ujung-ujungnya adalah malapetaka ketika semua mahluk yang menjalin saling-keterkaitan tadi melepaskan diri dari manusia, atau hancur karena tak dijaga kelestariannya.

Muhammad A S Hikam
Juni 04, 2017

Cintai orang lain

Depokpos.com
Teman saya cerita pernah suatu waktu dia melihat relasi bisnisnya memaki maki seorang wanita yang bertugas sebagai pemandu lagu Karaoke. Penyebabnya wanita itu tidak bisa menyenangkan salah satu tamu. Dia melihat wanita itu nampak berlinang air mata dan berusaha menundukkan kepala sebagai tanda menyesal dan mengaku salah.

Ketika wanita itu menyebut nama Tuhan , relasinya tambah marah kepada wanita itu . " jangan bawa bawa Tuhan. Kamu pelacur. Kamu sampah. Jangankan sama Tuhan, sama manusia aja kamu engga ada harga. ".

Relasi bisnisnya terus saja marah dengan hujatan, yang akhirnya Manager Karaoke meminta wanita itu keluar. Usai karaokean teman saya diantar ke hotel oleh relasinya. Besok janjian akan bertemu lagi di waktu sarapan pagi. Namun keesokan paginya dia dapat kabar bahwa relasinya sudah meninggal karena kecelakaan yang mengenaskan. Supirnya tidak bisa menghindari tabrakan karena kabut musim dingin.

Kejadian itu sangat menginspirasi nya untuk tidak mudah merendahkan siapapun. Perbuatan melacur adalah perbuatan maksiat yang merusak dirinya sendiri dan melanggar larangan Allah. Tapi itu urusan dia dengan Tuhan. Tidak ada urusannya menzalimi orang lain. Sementara memaki dan menghina itu perbuatan antara manusia.

Kalau Anda menzalimi orang lain , Tuhan tidak akan memaafkan kalau orang lain itu tidak memaafkan. Apalagi sampai orang itu menangis dan menyebut nama Tuhan. Itu artinya, dia sadar walau dia pendosa tapi dia percaya kepada Tuhan, tempat kembali ketika dia terhina dan Tuhan maha mendengar doa orang terzalimi.

Apalagi kalau anda menghujat kepada bukan pendosa hanya atas dasar prasangka buruk tanpa bukti yang kuat. Semakin anda hina dia semakin dekat dia dengan Tuhan, dan anda semakin rendah dihadapan Tuhan..
Nabi Ibrahim as mengundang lelaki tua makan ke rumahnya. Di tengah perjalanan, Ibrahim as bertanya kepada lelaki tua itu mengenai agama yang dianutnya dan si lelaki tua itupun menjawab bahwa ia seorang yang tidak beragama (atheis).

Mendengar hal ini Ibrahim as pun menjadi marah dan membatalkan undangan makannya kepada si lelaki tua. Namun tak lama setelah itu beliau mendengar suara dari atas, ”Wahai Ibrahim, Kami bersabar atasnya selama tujuh puluh tahun meskipun ia tidak beriman (kepada Kami), namun engkau tidak dapat bersabar atasnya meskipun hanya tujuh menit saja?”

Mendengar hal ini Ibrahim as pun sadar, lalu beliau pun segera menyusul lelaki tua itu untuk kembali ke rumahnya untuk makan malam bersamanya. Artinya kepada atheis sekalipun kita tidak berhak menghakimi apalagi membenci.

Dalam kehidupan kita sekarang, kadang bila ada orang berbuat maksiat, kita dengan enaknya menghakiminya dengan kata menghina. Bahkan orang yang beragama lain yang begitu baik amalannya, kita mencurigai dia dengan kefanatikan kita. Orang yang tidak seagama , yang tidak semazhab, yang tidak seide dengan kita adalah musuh kita.

Padahal siapapun itu adalah ciptaan Allah. Tidak ada hak kita menghujat atau menghakimi kecuali mengimbau dengan bahasa hikmah dan memperlakukan dengan sikap cinta. Karena kebaikan seyogyanya di sampaikan dengan cara baik.

Anak ku..jangan kau hina orang karena keyakinannya dan jangan kau hina orang dengan sikapnya. Tidak perlu kau berkata agamamu lebih baik tapi tunjukkan kepada orang lain bahwa pribadi mu baik karena agama mendidik akhlak mu menjadi lebih baik.. Paham kan sayang …

Erizeli Jely Bandaro


Juni 04, 2017

Mega Skandal Proyek E-KTP

Setkab.go.id
Proyek eKTP ada berdasarkan UU dan Kepres era SBY berkuasa. Jadi ini proyek nasional dan merupakan amanah UU. Itu sebabnya Mendagri berusaha untuk merealisasikan proyek ini. Hanya masalahnya untuk mendapatkan persetujuan DPR tidak mudah. Apalagi proyek melibatkan dana trilliunan.

Awalnya dalam rapat dengan komisi II DPR, diusulkan dana itu tidak berasal dari APBN rupiah murni tapi dari PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri). Namun Mendagri merasa tidak yakin akan mendapatkan sumber dana tersebut. Pengalaman untuk mendaptakan dana PHLN tidak ada. Sekitar awal bulan Februari 2010, setelah mengikuti rapat pembahasan anggaran Kementerian Dalam Negeri, Irman ( Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil ) dimintai sejumlah uang oleh Burhanudin Napitupulu yang merupakan ketua Komisi II DPR RI agar usulan Kemendagri dapat segera disetujui oleh DPR dengan anggaran dari APBN murni.

Namun Irman tidak punya uang. Dia menghubungi rekanan Mendagri, yang bernama Andi Narogong. Andi menyanggupi tapi dengan syarat dia harus ketemu langsung dengan Ketua faraksi DPR untuk memastikan proyek EKTP itu aman di bawah kendalinya.

Sebelum anggaran e-KTP dibahas, Andi menemui Nazar agar bisa dimediasi bertemu dengan Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto. Nazaruddin tidak terlibat soal tekhnis. Tugasnya hanya sebatas mempertemukan Andi dengan Ketua Fraksi.

 Kemudian Andi mempertemukan pejabat mendagri dengan Setya Novanto secara informal di Hotel Mulia jam 6 pagi. Ketika itu yang hadir Andi Novianto, Sugiharto (Terdakwa II yang pada proyek e-KTP berlaku sebagai Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kpeendudukan) serta Irman. Setya Novanto minta semua pihak sama sama menjaga proyek eKTP tersebut. Ketika itu uang suap sudah mulai ditebar oleh Andi. Pengawal proyek ini ada pada Partai Demokrat dan GOLKAR. Pembahasan anggaran itu pun mencapai konklusi dengan menggunakan uang negara sebesar Rp 5,9 triliun.

Pada tanggal 8 April 2011, panitia pengadaan menerima delapan dokumen penawaran dari Konsorsium Berca Link JST, Konsorsium Lintas Peruri Solusi, Konsorsium PNRI, Konsorsium Mukarabi Sejahtera, Konsorsium Mega Global Jaya Grafica Cipta, Konsorsium PT Telkom, Konsorsium PT Astra Graphia dan Konsorsium Transtel Universal.

Sampai dengan batas akhir waktu evaluasi pemasukan penawaran, Konsorsium PNRI dan Astra Graphia yang dibawa Andi tidak dapat melampirkan sertifikat ISO 9001 dan ISO 14001. Karenanya walau tidak memenui syarat, hal tersebut bukanlah halangan. Andi meminta kepada Irman dan Sugiharto, memerintahkan Tim teknis yang diketuai oleh Husni Fahmi, Staf Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT memberi perhatian khusus pada tiga konsorsium yang dibawa Andi agar lolos verifikasi, dan terbukti panitia pengadaan memasukan nama mereka di delapan konsorsius yang lulus.

Untuk memperlancar penetapan pemenang lelang, Andi Narogong akhirnya memberikan uang kepada Gamawan Fauzi melalui saudaranya Azmin Aulia sejumlah USD 2,5 juta. Akhirnya pada tanggal 21 Juni 2011 Gamawan Fauzi menetapkan Konsorsium PNRI sebagai pemenang lelang. Menurut Johanes Richard Tanjaya alias Johanes Tan ,salah satu anggota konsorsiurm PNRI adalah PT Murakabi Sejahtera yang dimiliki oleh Setya Novanto.

Sayang dalam perjalanannya, konsorsium itu tak dapat memenuhi target. Pada Maret 2012 masih ada 65.340.367 blanko e-KTP yang belum terealisasi senilai Rp 1.045.445.868.749. Apa sebab ? PT Sandipala Arthaputra ( Paulus ) --yang tergabung dalam Konsorsium PNRI, di haruskan oleh Dirut PNRI ( Isnu ) membeli dua merk chip untuk e-KTP, yaitu NXP Semiconductor dan ST Microchip.

Lantaran pembelian NXP harus melalui L/C, sedangkan ST Micro dapat dengan cara membayar DP, maka Paulus memutuskan untuk membeli chip ST Micro, yang di ageni oleh Oxel System Ltd, yang di miliki Andi Winata -anak taipan Tommy Winata. Paulus lalu membeli 100 juta chip ST Micro.

Masalah berawal dari sini. Saat 5 juta chip pertama tiba, seluruhnya tak bisa digunakan saat diuji coba di e-KTP karena Oxel menyerahkan chip STMicro tipe ST23YR18, bukan tipe ST23YR12 seperti permintaan PT Sandipala. Software yang dikirimkan bersamaan dengan chip itu, adalah software yang dipakai untuk pembuatan SIM, jadi bagaimana bisa dipakai untuk e-KTP? Kacau kan.

Ketua tim teknis proyek e-KTP, Husni Fahmi, di rapat itu mengatakan chip yang terlanjur didatangkan Oxel bisa digunakan asalkan menggunakan patch yang sesuai. Artinya, harus ada komponen tambahan. Paulus kemudian mengontak Andi Winata, meminta komponen patch itu. Tapi Andi Winata tak mau menyediakan komponen patch jika tak ada kontrak jual-beli.

Andi Winata menganggap pesanan 100 juta modul chip sudah dilaksanakan dan tak bisa dibatalkan. Akhirnya kasus ini masuk ke pengadilan niaga. Proyek EKTP jadi stuck akibat kasus ini, udah dibayar tapi software engga bisa dipakai. Gamawan kemudian mengajukan anggaran tambahan ke APBN-P 2012, yang kemudian tak langsung disetujui DPR. Uang pelicin pun diberikan. Akhirnya anggaran itu pun diajukan dalam APBN 2013. Kelebihan dari anggaran itu ditujukan untuk kelanjutan proyek e-KTP.

Menurut saya, andaikan tidak ada kasus salah beli software dan Chip, mungkin proyek eKTP tidak akan jadi kasus. Dan pertanyaannya adalah bagaimana mungkin bisa salah beli ? Dan apa betul Oxel System Ltd tidak tahu bahwa CHIP itu untuk ektp bukan SIM? . Apalagi keharusan membeli kepada Oxel itu atas perintah dari Dirut PNRI sebagai ketua Konsorsium. Jadi suap yang beredar untuk DPR , itu engga ada artinya dibandingkan dengan skema perampokan dana pryek eKTP ini. Dan itu dilakukan oleh Pengusaha, pejabat dan anggota DPR hanya dapat " uang receh". Masalahnya lagi apakah berani Elite politik berhadapan dengan pengusaha yang juga sumber keuangan mereka?