![]() |
Depokpos.com |
Teman saya cerita pernah suatu waktu dia
melihat relasi bisnisnya memaki maki seorang wanita yang bertugas sebagai
pemandu lagu Karaoke. Penyebabnya wanita itu tidak bisa menyenangkan salah satu
tamu. Dia melihat wanita itu nampak berlinang air mata dan berusaha menundukkan
kepala sebagai tanda menyesal dan mengaku salah.
Ketika
wanita itu menyebut nama Tuhan , relasinya tambah marah kepada wanita itu .
" jangan bawa bawa Tuhan. Kamu pelacur. Kamu sampah. Jangankan sama Tuhan,
sama manusia aja kamu engga ada harga. ".
Relasi
bisnisnya terus saja marah dengan hujatan, yang akhirnya Manager Karaoke
meminta wanita itu keluar. Usai karaokean teman saya diantar ke hotel oleh
relasinya. Besok janjian akan bertemu lagi di waktu sarapan pagi. Namun
keesokan paginya dia dapat kabar bahwa relasinya sudah meninggal karena
kecelakaan yang mengenaskan. Supirnya tidak bisa menghindari tabrakan karena
kabut musim dingin.
Kejadian itu sangat menginspirasi nya untuk
tidak mudah merendahkan siapapun. Perbuatan melacur adalah perbuatan maksiat
yang merusak dirinya sendiri dan melanggar larangan Allah. Tapi itu urusan dia
dengan Tuhan. Tidak ada urusannya menzalimi orang lain. Sementara memaki dan
menghina itu perbuatan antara manusia.
Kalau Anda
menzalimi orang lain , Tuhan tidak akan memaafkan kalau orang lain itu tidak
memaafkan. Apalagi sampai orang itu menangis dan menyebut nama Tuhan. Itu
artinya, dia sadar walau dia pendosa tapi dia percaya kepada Tuhan, tempat
kembali ketika dia terhina dan Tuhan maha mendengar doa orang terzalimi.
Apalagi
kalau anda menghujat kepada bukan pendosa hanya atas dasar prasangka buruk
tanpa bukti yang kuat. Semakin anda hina dia semakin dekat dia dengan Tuhan,
dan anda semakin rendah dihadapan Tuhan..
Nabi Ibrahim as mengundang lelaki tua makan ke
rumahnya. Di tengah perjalanan, Ibrahim as bertanya kepada lelaki tua itu
mengenai agama yang dianutnya dan si lelaki tua itupun menjawab bahwa ia
seorang yang tidak beragama (atheis).
Mendengar
hal ini Ibrahim as pun menjadi marah dan membatalkan undangan makannya kepada
si lelaki tua. Namun tak lama setelah itu beliau mendengar suara dari atas,
”Wahai Ibrahim, Kami bersabar atasnya selama tujuh puluh tahun meskipun ia
tidak beriman (kepada Kami), namun engkau tidak dapat bersabar atasnya meskipun
hanya tujuh menit saja?”
Mendengar
hal ini Ibrahim as pun sadar, lalu beliau pun segera menyusul lelaki tua itu
untuk kembali ke rumahnya untuk makan malam bersamanya. Artinya kepada atheis
sekalipun kita tidak berhak menghakimi apalagi membenci.
Dalam kehidupan kita sekarang, kadang bila ada
orang berbuat maksiat, kita dengan enaknya menghakiminya dengan kata menghina.
Bahkan orang yang beragama lain yang begitu baik amalannya, kita mencurigai dia
dengan kefanatikan kita. Orang yang tidak seagama , yang tidak semazhab, yang
tidak seide dengan kita adalah musuh kita.
Padahal
siapapun itu adalah ciptaan Allah. Tidak ada hak kita menghujat atau menghakimi
kecuali mengimbau dengan bahasa hikmah dan memperlakukan dengan sikap cinta.
Karena kebaikan seyogyanya di sampaikan dengan cara baik.
Anak ku..jangan kau hina orang karena
keyakinannya dan jangan kau hina orang dengan sikapnya. Tidak perlu kau berkata
agamamu lebih baik tapi tunjukkan kepada orang lain bahwa pribadi mu baik
karena agama mendidik akhlak mu menjadi lebih baik.. Paham kan sayang …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar