Post Top Ad

Post Top Ad

Senin, 15 Mei 2017

Islam Nusantara

Ini cerita dulu, dulu sekali....
Dulu, Islam Nusantara dihujat karena melokalisir Islam Rahmatan lil 'Alamîn
Islam Nusantara yang berisikan spirit toleransi, keramahan dan persaudaraan itu dibombardir dari berbagai penjuru dengan menggunakan logika terbalik agar semua orang tergiring pada opini ini:
Islam Nusantara menyebut Islam Toleran, emangnya ada Islam yang gak toleran? Menyebut pula Islam Ramah, emangnya ada Islam marah? Islam persaudaraan, emangnya ada Islam yang menyuarakan permusuhan. Islam itu hanya satu, Islam Rahmatan lil'alamîn. Jangan letakkan kata sifat apapun setelah kata Islam, titik!
Lalu muktamar Muhammadiyah mengusung tema "Islam Berkemajuan", tapi tak dihujat?
Lalu Munas MUI mengangkat tema "Islam Washatiyah" alias Islam Garis Tengah, tapi tak ada yang bikin ramai?
Dulu sekali, Almarhum Cak Nur menyebut "Islam Hybrida", semua menerima dengan kearifan dan baik-baik saja.
Padahal semuanya kata sifat dan punya penjelasan yang sama dengan Islam Nusantara, tapi kenapa hanya Islam Nusantara yang dihujat, bahkan Dr. Haedar Nasir (Ketum Muhammadiyah) mengatakan, "Islam berkemajuan bisa bersinergi dengan Islam Nusantara. Kita (NU dan Muhammadiyah) bisa mendesain itu. Itulah transformasi Islam Indonesia untuk kemajuan Indonesia."
Jadi siapa yang menghujat dan siapa yang dihujat dan siapa yang terprovokasi untuk kemudian ikut-ikutan hujat-menghujat?
Saya sendiri, menurut file yang tersimpan di email blackberry saya, sudah menulis tema Islam Nusantara sejak tahun 2011 dan beberapa kali saya repost di facebook dan sama sekali tak ada "hujatan", semuanya adem. Bahkan jauh sebelum itu, sejak era 90-an terma Islam Nusantara sudah mengemuka lewat tulisan Prof. Azyumardi Azra. Tapi sekali lagi tak ada aksi hujat menghujat seperti di pentas sosmed beberapa waktu yang lalu.
Jadi siapa yang menghujat dan siapa yang dihujat dan siapa yang terprovokasi untuk kemudian ikut-ikutan hujat-menghujat?
Sudah tak perlu dijawab lagi pertanyaan ini, bersyukurlah karena Muktamar NU sudah selesai, perlahan-lahan saksikan saja wajah sosmed kita, sudah mulai reda dari perdebatan Islam Nusantara. Padahal seharusnya, bila menggunakan logika yang sama, hujatan juga harus dialamatkan kepada Islam Washatiyah yang diusung sebagai tema Munas MUI, "Menyebut Islam Washatiyah atau moderat atau garis tengah, emangnya ada Islam garis pinggir."
Jadi, hujatan ini sengaja dialamatkan hanya ke NU saja? Wallahu a'lam bis-shawâb. Saya tidak tahu kebenarannya, boleh jadi bukan hanya karena NU yang menyebutnya sebagai tema Muktamar, tapi juga karena dua peristiwa lain; Pertama, karena disuarakan oleh Presiden Jokowi (yang tak dipungkiri banyak hatersnya). Kedua, tema Islam Nusantara ini juga disuarakan oleh aktivis Jaringan Islam Liberal (yang juga tak kalah banyak hatersnya).
Istilah Jaringan Islam Nusantara (JIN) sejauh penelusuran saya belum pernah disuarakan oleh para pendukung gagasan Islam Nusantara. Penamaan JIN dimulai oleh mereka yang tidak setuju atas gagasan ini, tentu ada maksud tertentu karena istilah ini sangat strategis untuk tujuan menghantam, minus JIN Islam, istilah JIN sangat identik dengan makhluq ghaib lain seperti Setan.
Kenapa Gus Mus, Habib Luthfi dan Mbah Moen sampai harus turun gunung menjelaskan sedetail-detailnya konsepsi Islam Nusantara ini? Tiada lain karena mulai ada kalangan Nahdliyyîn yang meskipun amaliyahnya sangat NU tapi cara berfikirnya tidak bermanhaj NU. Belakangan mereka dengan bangga menyebut sebagai Nu Garis Lurus, seolah-olah poro yayi yang hebat-hebat di atas sudah nda lurus lagi.
NU sejak dulu memang teramat seksi, saking seksinya banyak yang tak betah untuk tak menggodanya. NU itu bagaikan Gadis Cantik yang tampil mempesona, persis lirik lagu Mas Virgiawan berikut ini:
Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Hidungmu yang aduhai
Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku puja
Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis
Wajar saja kalau kuganggu
Sampai kapan pun kurindu
Lepaskan tawamu NU
Agar tak murung diriku
Ah, sudahlah.... Maafkan bila uraianku keliru
NU memang terlalu seksi dan menggoda.

16 Mei 2017
EN-U eh salah En-Ha 😀


Tidak ada komentar:

Posting Komentar