Ada komentator yang membantah saya dengan mengatakan “definisi itu relatif”. Jawaban saya: kalau mau relatif-relatifan, pembahasannya beda lagi, bukan di ilmu logika yang ini (yang sedang saya sampaikan ini). Dalam ilmu logika yang ini (yang sedang saya sampaikan) tidak ada relatif-relatifan, hanya dua pilihan: kalimat Anda salah atau benar (ingat 4 hukum dasar logika kemarin).
Ilmu logika yang sedang saya sampaikan ini punya asumsi bahwa hakikat itu ada, sementara di luar sana ada pemikiran bahwa segala sesuatu itu relatif, bahkan termasuk logika itu pun relatif. Buat saya, kalau semuanya relatif, buang saja otak dan akal kita. Saya sedang menulis untuk orang yang percaya bahwa hakikat itu ada dan akal itu adalah sesuatu yang bisa dipakai. Kalau Anda ada di luar dua wilayah itu, tidak perlu repot-repot mempelajari apa yang saya tulis. Jelas ya?
Dan, seperti saya tulis di awal, pelajaran yang saya sampaikan memang sederhana dan karena itu banyak dilakukan penyederhanaan (dan menyederhanakan sesuatu yang rumit bukan kerjaan yang mudah, untuk nulis 1 artikel ini, prosesnya sudah saya mulai sejak Rabu siang).
.
.
.
.
------
DEFINISI (bagian 2)
DEFINISI (bagian 2)
Definisi berasal dari kata Latin ‘definire’ yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu atau batasan arti sesuatu. Kalimat definisi: X adalah... atau, Y adalah....
Cara membuat definisi:
1. Definisi harus menunjukkan ciri-ciri hakiki dari sesuatu yang didefinisikan, menunjukkan pengertian umum berserta ciri pembeda sesuatu itu dengan yang lainnya, berupa subjek dan predikat.
Contoh : Moammar Qaddafi adalah [Presiden Libya yang digulingkan NATO tahun 2011] ---> bagian definisi adalah yang di dalam kurung, ada subjek, ada predikat.
1. Definisi harus menunjukkan ciri-ciri hakiki dari sesuatu yang didefinisikan, menunjukkan pengertian umum berserta ciri pembeda sesuatu itu dengan yang lainnya, berupa subjek dan predikat.
Contoh : Moammar Qaddafi adalah [Presiden Libya yang digulingkan NATO tahun 2011] ---> bagian definisi adalah yang di dalam kurung, ada subjek, ada predikat.
2. Definisi tidak boleh terlalu sempit, atau terlalu luas;
-Barrack Obama adalah orang AS ---> terlalu luas, karena yang dimaksud adalah Obama warga negara AS yang pernah menjabat jadi presiden pada periode 2008-2016.
-Barrack Obama adalah orang AS ---> terlalu luas, karena yang dimaksud adalah Obama warga negara AS yang pernah menjabat jadi presiden pada periode 2008-2016.
-Politik adalah upaya merebut kekuasaan --> terlalu sempit, yang lebih benar, “Politik adalah segala sesuatu yang terkait dengan kekuasaan”.
3. Definisi tidak boleh sirkular (‘muter’ atau ‘daur’):
Contoh salah:
-Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. [Akan muncul pertanyaan: trus sesuatu yang diketahui itu apa? Jika dijawab: ‘pengetahuan’, jadi ‘muter’ kan?]
-Hukum waris adalah hukum yang mengatur warisan.
Contoh salah:
-Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. [Akan muncul pertanyaan: trus sesuatu yang diketahui itu apa? Jika dijawab: ‘pengetahuan’, jadi ‘muter’ kan?]
-Hukum waris adalah hukum yang mengatur warisan.
4. Dalam kalimat definisi, predikat harus lebih dikenal daripada subjek.
Contoh: Daoud Rajiha adalah menterinya Assad yang beragama Kristen Ortodox (karena Assad lebih dikenal daripada Rajiha, sehingga Assad digunakan sebagai penjelas siapa itu Rajiha). Tidak logis bila kita bilang sebaliknya: Assad adalah boss-nya Rajiha.
Contoh: Daoud Rajiha adalah menterinya Assad yang beragama Kristen Ortodox (karena Assad lebih dikenal daripada Rajiha, sehingga Assad digunakan sebagai penjelas siapa itu Rajiha). Tidak logis bila kita bilang sebaliknya: Assad adalah boss-nya Rajiha.
[FYI: Rajiha tewas tahun 2012 akibat dibom Al Nusra]
5. Definisi dinyatakan dalam bentuk positif, jangan negatif
-Definisi salah: Suriah adalah sebuah negara yang bukan Libya.
-Definisi benar: Suriah adalah negara yang terletak di pinggir laut Mediterrania, berbatasan dengan Jordan, Palestina, Israel, Turki, dan Lebanon.
-Definisi salah: Suriah adalah sebuah negara yang bukan Libya.
-Definisi benar: Suriah adalah negara yang terletak di pinggir laut Mediterrania, berbatasan dengan Jordan, Palestina, Israel, Turki, dan Lebanon.
6. Definisi harus singkat dan jelas, tidak menggunakan kiasan atau kata yang ambigu.
Contoh salah: Suriah adalah belahan jiwaku yang terletak di pinggir laut Mediterania.
Dalam kalimat ini, “belahan jiwa” adalah kiasan, bukan benar-benar jiwa (ruh)-nya dibelah dua dengan pisau. Tentu adalah urusan lain (bukan urusan ilmu logika) bila kalimat ini dipakai dalam novel atau lagu.
Contoh salah: Suriah adalah belahan jiwaku yang terletak di pinggir laut Mediterania.
Dalam kalimat ini, “belahan jiwa” adalah kiasan, bukan benar-benar jiwa (ruh)-nya dibelah dua dengan pisau. Tentu adalah urusan lain (bukan urusan ilmu logika) bila kalimat ini dipakai dalam novel atau lagu.
7. Definisi itu harus mengandung kebenaran material. Sangat mungkin ‘bentuk kalimat’-nya benar, tapi material (substansi/isi)-nya salah. Misalnya: Bumi adalah planet ke-3 dari tata surya yang bentuknya datar. Secara ‘bentuk', kalimat ini sudah benar (sudah memenuhi 6 kaidah definisi di atas), tapi isinya/material-nya, bermasalah. Perlu argumen tambahan: apa buktinya bahwa bumi itu datar?
.
.
---
Sesuai request, mari kita analisis kalimat “Ahok adalah penista agama”.
1. Kalimat di atas bukan “definisi” , karena tidak memenuhi kaidah definisi.
-Lihat poin 1, definisi perlu ada subjek-predikat. Kalimat yang bentuknya benar (terlepas dari ‘isi’-nya): Ahok adalah Gubernur Jakarta yang menista agama.
2. Lihat poin 7, definisi harus mengandung kebenaran material: benarkah Ahok “menista agama”?
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab untuk membuktikan kebenaran material definisi tsb, misalnya, apa definisi menista agama, apakah perbuatan Ahok masuk dalam kategori ‘menista agama’, dst. Pembahasan kebenaran material harus dilakukan dalam ranah ilmu yang terkait. Misalnya, apakah bumi itu datar atau bulat, itu masuk dalam ranah ilmu astronomi; kasus Ahok, dibahas di ranah hukum.
3. Ada beberapa kesalahan logika lain dari kalimat ini, tapi pembahasannya di bab lain, bukan bab definisi.
.
.
====
.
Jadi, contoh kalimat yang kemarin (logika bagian-2) dapat diperbaiki seperti ini:
a. Menurut aktivis Hizbut Tahrir Libya, Qaddafi adalah sosok pemimpin yang tiran sehingga harus digulingkan. [artinya: definisi ‘tiran’ di sini adalah versi Hizbut Tahrir; kita sudah melakukan ‘pembatasan’ di sini, karena ‘definisi adalah batasan arti sesuatu’]
b. Hafez Assad adalah mendiang Presiden Suriah yang pernah bertindak brutal saat memberangus pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dengan dukungan AS, pada tahun 1982 di Provinsi Hama. [Perhatikan bahwa ini kalimat yang berbeda dari sebelumnya: Assad adalah presiden kejam yang membantai Sunni]
c. Pak Jokowi menyatakan bahwa agama tidak boleh dicampuradukkan dengan politik, dengan makna bahwa agama adalah.... dan politik adalah.... [buat definisinya, dengan mengikuti 7 kaidah di atas]
d. Menurut ustadz saya, orang Syiah adalah ... [berikan definisi dengan mengikuti 7 kaidah di atas]
.
.
============================
Quiz: perhatikan spanduk di foto ini. Yang bisa menjelaskan dimana kesalahannya (dari sisi definisi saja ya, jangan loncat ke bab lain), akan dapat hadiah buku "Salju di Aleppo". Kalo ada jawaban yang sama, akan diundi. Cuma ada 1 hadiah dan hanya dikirim ke alamat di Indonesia. Jawaban paling lambat jam 15 WIB (28/4/2017).
.
.
---
Sesuai request, mari kita analisis kalimat “Ahok adalah penista agama”.
1. Kalimat di atas bukan “definisi” , karena tidak memenuhi kaidah definisi.
-Lihat poin 1, definisi perlu ada subjek-predikat. Kalimat yang bentuknya benar (terlepas dari ‘isi’-nya): Ahok adalah Gubernur Jakarta yang menista agama.
2. Lihat poin 7, definisi harus mengandung kebenaran material: benarkah Ahok “menista agama”?
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab untuk membuktikan kebenaran material definisi tsb, misalnya, apa definisi menista agama, apakah perbuatan Ahok masuk dalam kategori ‘menista agama’, dst. Pembahasan kebenaran material harus dilakukan dalam ranah ilmu yang terkait. Misalnya, apakah bumi itu datar atau bulat, itu masuk dalam ranah ilmu astronomi; kasus Ahok, dibahas di ranah hukum.
3. Ada beberapa kesalahan logika lain dari kalimat ini, tapi pembahasannya di bab lain, bukan bab definisi.
.
.
====
.
Jadi, contoh kalimat yang kemarin (logika bagian-2) dapat diperbaiki seperti ini:
a. Menurut aktivis Hizbut Tahrir Libya, Qaddafi adalah sosok pemimpin yang tiran sehingga harus digulingkan. [artinya: definisi ‘tiran’ di sini adalah versi Hizbut Tahrir; kita sudah melakukan ‘pembatasan’ di sini, karena ‘definisi adalah batasan arti sesuatu’]
b. Hafez Assad adalah mendiang Presiden Suriah yang pernah bertindak brutal saat memberangus pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dengan dukungan AS, pada tahun 1982 di Provinsi Hama. [Perhatikan bahwa ini kalimat yang berbeda dari sebelumnya: Assad adalah presiden kejam yang membantai Sunni]
c. Pak Jokowi menyatakan bahwa agama tidak boleh dicampuradukkan dengan politik, dengan makna bahwa agama adalah.... dan politik adalah.... [buat definisinya, dengan mengikuti 7 kaidah di atas]
d. Menurut ustadz saya, orang Syiah adalah ... [berikan definisi dengan mengikuti 7 kaidah di atas]
.
.
============================
Quiz: perhatikan spanduk di foto ini. Yang bisa menjelaskan dimana kesalahannya (dari sisi definisi saja ya, jangan loncat ke bab lain), akan dapat hadiah buku "Salju di Aleppo". Kalo ada jawaban yang sama, akan diundi. Cuma ada 1 hadiah dan hanya dikirim ke alamat di Indonesia. Jawaban paling lambat jam 15 WIB (28/4/2017).
Bahasan ini masih bersambung ya, ga usah marah-marah. Stay tune di#KuliahLogikaTimteng
28 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar