Dalam sejarah Islam, yang pertama-tama mendapat predikat "kafir" (kufr) adalah kaum Quraisy Mekah, khususnya para penghulunya seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, yang "menolak menerima kebenaran" ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw padahal mereka meyakininya. Kaum Yahudi & Nasrani justru tidak pernah disebut kafir tapi Ahlul Kitab.
Para penghulu kaum Quraisy ini khawatir akan kehilangan dominasi ekonomi dan reputasi sosial-politik di kalangan masyarakat Mekkah --yang selama ini mereka nikmat-- karena ajaran yang dibawa Muhammad akan menghapuskan tradisi penyembahan berhala di seputar Ka'bah yang justru menjadi faktor utama para kafilah lintas-jazirah Arab menyinggahi dan bertransaksi dagang di pasar Mekah.
Abu Abu ini semua tahu rekam jejak dan reputasi Muhammad sejak kecil sebagai orang yang sangat terpercaya, bermoralitas tinggi dan suci dari praktek paganisme. Karena itu, mereka sebenarnya mengakui bahwa keterpilihan Muhammad sebagai Nabi oleh Tuhan adalah sesuatu yang pantas, niscaya dan takdapat ditolak.
Dalam analisis Dr. Haidar Bagir (2016), istilah "kufr" dan segala turunannya dalam Al-Qur'an tidak berkaitan dengan agama tertentu, tapi dengan sikap seseorang "menolak menerima kebenaran" padahal dia "meyakini kebenaran itu" karena faktor psikologis, sosiologis, ekonomis dan politis. Dan orang atau kelompok seperti ini dapat ditemukan dalam setiap agama.
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan Abu Abu, dan akhirnya menjadi abu sejarah, karena --misalnya-- kita menolak memilih seseorang untuk menduduki posisi sosial-politik tertentu di tengah-tengah kita (padahal kita mengakui -misalnya hingga point 60%-70%- bahwa seseorang itu memiliki reputasi, prestasi dan motivasi kepemimpinan terbaik di antara yang lain) hanya karena kita khawatir kehilangan dominasi dan hegemoni ekonomi, sosial dan politik (bahkan agama). Naudzu billah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar