Kalau sekarang semakin marak dorongan politik atas dasar emosi keagamaan, maka itu tidak datang begitu saja. Proses terbangunnya komunitas ekslusif sehingga menjadi barisan yang terkesan radikal sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu. Bagaimana awalnya ? Dulu waktu tahun 1999 saya pernah ikut seminar yang temanya silent revolution.
Intinya semua minta waspada akan munculnya suatu silent revolution yang bertujuan untuk melepaskan agama dengan kebudayaan. Mengapa perlu dikawatirkan? Karena yang menjadi benteng Pancasila dan NKRI adalah agama yang menyatu dengan budaya. Rasa senasip sepenanggungan atas dasar semangat gotong royong itulah yang akan di hancurkan melalui silen revolution.
Tahun 2002 saya mendengar issue bahwa akan berdiri Partai Demokrat. Partai ini digagas oleh mantan petinggi Militer, yang banyak membina pengusaha ex Orba yang punya koneksi dengan Cendana. Dalam berbagai kesempatan ,saya mendapat informasi bahwa itu bukan lagi issue tapi sudah mendekati kenyataan.
Partai yang akan berdiri itu adalah Partai Demokrat. Kekuatan Partai ini didukung oleh intelektual NU dan tokoh Kristen pecahan dari PDIP, dan juga mantan petinggi TNI. Agenda utamanya adalah menggerus massa Golkar dan Partai Islam yang berbasis primodial seperti PAN dan PKB, PPP. Dan sekaligus menguasai kantong suara dari PDIP.
Sebetulnya gerakan Silent revolution ini diawali tahun 1980an. Merupakan gerakan dari semua level yang berada dalam barisan neoliberal. Cara gerakan ini sangat sistematis. Cirinya adalah 1). Mereka tidak mempengaruhi Organisasi Massa untuk mendapatkan dukungan public tapi mendekati kelompok komunitas terdekat dengan public. 2). Mereka menghindari polemic 3). Karena sifatnya silent maka gerakan ini lebih mirip menggunakan cara cara dunia intelligent. Atau lebih tegasnya menggunakan smart power.
Silent revolution dalam rentang gerakannya telah berhasil secara significant. Kekuatan gerakan ini berada dalam kontek demokratisasi yang memungkinkan rakyat terlepas dari orbit kekuatan formal mapun informal yang selama ini sebagai kekuatan melindungi dari segala pengaruh idiologi asing. Bagaimana teknisnya ?
Mereka membentuk Ormas keagamaan, Buruh, dan Tani termasuk profesi. Ada banyak ormas baru dibentuk secara diam diam dan ada juga yang sudah mati suri dihidupkan kembali dengan memberikan donasi, asalkan mengikuti agenda mereka. Masing masing ormas itu menjadi bagian jaringan ekskusifitas yang terpisah dengan ormas yang sudah ada seperti NU, Muhamamdiah dll.
Melalui gerakan ini telah berhasil menempatkan orang orang kampus dan pengusaha , artis, militer yang miskin pemahaman geopolitik dan geostrategic kedalam lingkaran silent revolution. Orang orang inilah yang active menjadi pion gerakan untuk mendekati ring ring satu Ormas tradisional yang punya hubungan primodial denga rakyat. Makanya gerakan formal buruh dan tani menjadi tumpul karena barisan terdepan gerakan ini telah dikuasai mereka melalui smart power. Gerakan agama yang berbasis primodial baik yang formal maupun non formalpun telah mereka lemahkan melalui teknik pemecahan dan adu domba , intimidasi.
Pada Pemilu 2004, Gerakan ini sukses. Fakta tentang suksesnya program silent revolution ini dengan terbukti gagalnya Megawati bergandengan tangan Ketua Umum PB NU. Terpuruknya suara PKB dan adanya matahari kembar dalam Muhammadiyah. Juga dalam gerakan buruh yang terpecah. Ormas dan kader Golkar yang terpecah hingga akses kemassa semakin lemah. Ormas kampus yang tak lagi bergigi. Golput pun adalah bagian dari silent revolution untuk mengeluarkan massa penentang dari barisan demokrasi.
Yang lebih hebatnya bahwa gerakan ini ada bagaikan bayang bayang namun bukan bayangan. Ada tapi tiada. Elite Politik yang lebih dulu eksis terkejut ketika Partai Demokrat yang baru seumur jagung bisa menjadi pemenang Pemilu dan menempatkan SBY sebagai presiden.
SBY dan Partai Demokrat yang menggunakan silent revolution tidak lagi melihat kekuatan partai memilik bargain position apapun. Koalisi partai tidak dikenal dalam gerakan silent revolution karena pola mereka lebih kepada individu ( Anggota dewan) atau ring satu akses kemassa dan mereka sudah petakan dengan baik siapa saja ; baik dari LSM ,Ormas keagamaan maupun partai yang bisa dibelinya , yang penting orang itu mau mengikuti platform mereka.
Era SBY memang pesta tidak pernah berhenti diantara jaringan silent revolution. Kita hanya dapat merasakan era SBY dimana hak hak rakyat semakin terpinggirkan dan asing lewat modal semakin mendapat ruang untuk meraup apa saja potensi yang kita punya. Dan rakyat hanya mendapatkan kemakmuran yang ilusi lewat subsidi. Pada waktu bersamaan deindustrialiasasi terjadi massive.
Era Jokowi…
Dua periode SBY berkuasa, menjadi perhatian serius oleh PDIP dan juga PKS. Maklum kedua partai ini adalah partai idiologis. Namu PKS baru menyadari tahun 2008 dengan menjadikan PKS partai terbuka. Tujuannya agar terhindar dari jebakan silent revolution. Dalam prakteknya tidak mulus bagi PKS untuk menjadi partai terbuka. Karena terjadi faksi di internal partai dan LHI jadi korban karena itu.
Setelah tersingkirnya Muhammad Anis Matta, PKS bisa memantapkan diri sebagai partai terbuka berbenah diri. Namun PDIP sejak naiknya SBY dan masuknya kalangan inteligent sebagai penasehat utama Megawati, PDIP bisa memetakan keadaan politik dengan tepat dan tahu siapa sebenarnya musuh. BUkan Partai Demokrat tapi adalah kekuatan Asing melalui program silent revolution.
Atas dasar itulah PDIP melakukan reorganisasi partai dan menetapkan cara berjuang yang tepat. Caranya ? PDIP mendekati siapapun yang punya potensi besar akan direkrut jadi kader partai untuk diusung jadi kepala Daerah. Jadi ukurannya bukan senioritas partai tapi dari elektabilitas dan kapabilitas calon.
Cara ini efektif menjadikan PDIP secara lambat tapi pasti dapat kembali menguasai kantong kantor suara yang tadi dikuasai oleh Partai Demokrat. Puncaknya PDIP berhasil menempatkan Jokowi yang hanya pedagang mebel dan sekretaris partai tingkat lokal jadi Presiden RI.
Ketika Jokowi jadi RI-1, seorang teman aktifis partai mengatakan “ Saatnya potong jalur logistik , kepung mereka dengan cara cluster, dan kemudian biarkan mereka mati dengan sendirinya” Saya tidak paham arah bicaranya. Tapi saya bisa menangkap pesan bahwa kekuatan silent revolution itu didukung oleh logistik atau suplai dana yang besar. yang sumbernya bisa secara informal melalui pengusaha rente maupun secara formal melalui kebijakan pemerintah, akan segera di potong habis. Apa saja itu ?
Sumber logistik terbesar adalah bisnis MIGAS. Maka MIGAS lebih dulu diputus lewat kebijakan pembubaran Petral. Dengan demikian sumber dana informal sudah tidak ada. Kemudian melalui reformasi APBN dengan focus kepada produksi, berdampak memenggal sebagian besar belanja rutin untuk dialihkan kepada pembangunan insfrastruktur.
Kemudian tidak sampai disitu saja , sumber pendapatan tokoh agama melalui Sertifikat Halal diambil alih oleh pemerintah dengan lahirnya UU Produk Halal. Akhir desember 2014, Jokowi menghapus dana bansos kepada Ormas dan dana yang masih ada ditarik secara nasional. Dan mengalihkannya untuk mengoptimalkan dana desa dan KIS. Tahun 2015 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang perdagangan,
Pemerintah mengeluarkan Perpres mengendalikan 14 bahan pokok. Naga sembilan yang dikenal kroni politisi busuk yang selama ini merupapakan kartel bahan pokok menjerit. Kemudian Tak hanya itu, pemerintah bahkan menetapkan harga acuan untuk sejumlah komoditas pangan utama yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 63 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Ternyata proses melawan kartel bahan pokok lebih keras dibandingkan melawan kartel Minerba. Ormas dan LSM yang merupakan jaringan silent revolution di gerakan untuk jadi kayu bakar dengan melempar bensin issue SARA. 9 bulan proses perang itu terjadi dengan sengit puncaknya pada PILKADA DKI. Apakah ini tidak pernah dibayangkan oleh JKW ? tentu sudah dibayangkan.
JKW tipe orang yang melaksanakan keputusan atas rencana yang detail. Dan menempatkan orang yang tepat untuk jadi kapten nya dilapangan. Penunjukan Tito sebagai Kapolri dan Gatot sebagai Panglima adalah antisipasi hebat menghadapi perang dari adanya silent revolution ini.
Apa yang terjadi sekarang adalah kembalinya eksistensi NU dan Muhammadiah sebagai icon pemersatu Umat islam atas dasar primodial. Sementara jaringan silent revolution tidak lagi silent tapi sudah terbuka terang benderang dihadapan Publik. Kedepan perang masih akan berlanjut dan JKW tidak pernah takut untuk itu. Dia percaya dengan VISI besarnya untuk indonesia berdaulat dan terhormat, dan Tuhan akan menolongnya…
Dari grup fb Diskusi dengan Babo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar