![]() |
Ilustrasi investasi saham |
Tahukah anda kalau Warren Buffet orang terkaya didunia, untuk bisa mengembangkan portfollio nya dia harus terus berhutang. Karena memang tidak cukup uang kontan di brankasnya. Microsoft perusahaan teranyar didunia , hidup dari hutang, bahkan untuk dana riset mereka harus hutang. Facebook dengan asset diatas USD 20 miliar , terpaksa TopUp collateral di bank kalau engga bank akan hentikan kreditnya.
Sandiaga Uno, dalam laporanan kekayaanya, uang kontannya tidak lebih Rp 10 miliar dan asset liquid mungkin ada USD 10 juta tapi portfollionya hampir Rp 4 triliun. Kalau ditanya saya, mungkin uang kas dan harta pribadi saya tidak lebih banyak dari pengusaha kelontongan. Tapi portfollio bisnis saya mungkin lebih besar dari Sandi.
Mengapa orang dengan harta begitu besar tapi uang nya sedikit dan tak pernah berhenti berhutang untuk memastikan usahanya terus berkembang ? Karena bagi pengusaha uang bukan ukuran tapi nilai usaha yang penting. Nilai usaha itu di ukur sejauh mana kita di percaya oleh stakeholder untuk berkembang. Kepercayaan tentu indentik dengan uang dan resource.
Puncak kepercayaan itu adalah apabila bisnis anda di dukung oleh cash flow selalu lancar. Semakin lancar cash flow semakin sehat bisnis. Walau cash flow itu di dukung oleh hutang engga ada masalah asalkan cash flow sehat untuk membayar cicilan. Sehatnya cash flow tentu didukung oleh organisasi bisnis yang solid dan perencanaan bisnis yang terukur serta kemampuan menjaga komitmen. Artinya perusahaan berdiri dengan standar moral good governance.
Nilai perusahaan itu di ukur sejauh mana tingkat rating dari perusahaan yang kita kelola. Biasanya di ukur dengan peringkat A sampai dengan C. Semakin kebawah semakin rendah rating yang tentu semakin rendah likuiditas perusahaan. Semakin tinggi rating semakin tinggi likuiditas perusahaan karena kemudahan menarik sumber pendanaan dari luar.
Makanya setiap perusahaan berusaha mengelola organisasinya agar peringkatnya semakin baik. Mungkin kita bisa atur lembaga pemerinngkat tapi kita tidak bisa menghindari hukum sosial ketika kita gagal bayar. Makanya peringkat baik memang di harapkan namun lebih daripada itu adalah menjaga pringkat dengan konsisten menjaga komitmen.
Mengelola negara juga sama. AS itu Rasio hutang terhadap GNP mencapai diatas 70%. Artinya lebih separuh asset negara berasal dari hutang. Tapi rating surat utangnya adalah AAA. Sehingga pasar uang Amerika tetap jadi prioritas dan memastikan likuiditas AS bagus. Mengapa ? Management hutang AS berdiri diatas sistem yang paling baik didunia.
Dan orang percaya karena Tbill tidak pernah default. Kini, hal yang menarik adalah rating Indonesia sudah mencapai BBB. Artinya sudah masuk investment grade. Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia. Ini prestasi hebat Jokowi. Mengapa ? dengan rating BBB ini maka financial resource terbuka lebar bagi indonesia untuk mengeskalasi pertumbuhan ekonomi. Tapi bukan berarti rating itu abadi. Ia bisa saja jatuh sampai C atau NA kalau indonesia gagal mempertahankan kinerjanya dan likuditas pasar uangnya.
Bagaimanapun dengan rating BBB ini, secara politik, ekonomi, kita sudah masuk dalam putaran pasar uang didunia dalam skala first class. Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang terbukan lebar. Masalahnya bisakan kita memanfaatkan kehebatan Jokowi ini sebagai instrument untuk mendapatkan financial freedom bagi kita sendiri maupun negara pada umumnya...Jangan sampai seperti kegagalan Group Bakrie dan Recapital ( sandi ) atau negara Eropa seperti Yunani dan Italia yang tadinya rating tinggi dan likuid akhirnya karena banyak gagal mengelola komitmen rating pun jatuh dan sumber pendanaan jadi menyempit..
21 Mei 2017
Dari Grup fb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar